Berbeda dengan fisikawan dan sebagian besar filsuf yang memandang bahwa manusia adalah bagian dari alam, sebaliknya Rumi menyebutkan, manusia merupakan alam kabir. Perjalanan manusia untuk mencapai puncak spiritual memerlukan amunisi yang sangat besar. Karena itulah, Rumi meyakini bahwa manusia diberikan potensi luar biasa.
Secara zahir, engkau bagian alam yang kecil
Namun secara batin, engkau alam yang kabir
(Matsnawi, jilid 4, bait 521)
Karim Zamani, dalam tafsir kitab Matsnawi menjelaskan, syair Rumi ini terinspirasi dari ungkapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Apakah engkau mengira dirimu adalah jasad yang kecil, padahal dalam dirimu terdapat dunia yang luas?”
Syair-syair yang syarat motivasi seperti ini, banyak terdapat dalam kitab Matsnawi dengan menggunakan berbagai redaksi yang menyimpan kekayaan isi dan keindahan diksinya. Rumi terkadang menyebut potensi dalam diri manusia itu dengan istilah tambang yang beraneka ragam. Di lain kesempatan, Rumi memberikan perumpamaan, potensi manusia itu seperti matahari yang memiliki kekuatan diraja atau seperti laut tak berbatas. Sekali waktu Rumi juga memakai ungkapan lugas yang intinya menegaskan: “Dalam tubuh terbatas, terdapat dunia yang luas”
Manusia adalah sumber segala jenis tambang
Setiap tambang berbuah ratusan ribu tambang lainnya
(Matsnawi, jiid 2, bait 2077)
Matahari bersemayam dalam wujud kecilmu
Seperti singa yang menempati raga domba
Lautan tersembunyi di bawah gemerlap istana
Berpikirlah jernih, perbaiki langkahmu
(Matsnawi, jilid 1, bait 2502-25-3)
Ada manusia yang zahirnya terlihat lemah
Tapi dalam batinnya tersimpan alam kabir
Tubuh ini laksana kayu dan batu
Namun di dalamnya tersimpan bara api
(Matsnawi, jilid 4, bait 3759-3760)
Dalam tubuh lemahmu, terpendam lautan pengetahuan
Dalam keterbatasan fisikmu tersimpan dunia nan luas
(Matsnawi, jilid 5, bait 3579)
Selain menunjukkan potensi besar yang ada pada manusia, Rumi juga mengingatkan ada karakteristik dasar yang perlu diwaspadai dalam diri manusia, yaitu sifat kontradiksi.
Terkadang manusia menyerupai sifat srigala
Di lain waktu manusia menjelma keindahan Yusuf
(Matsnawi, jilid 2, bait 1420)
Wujud manusia laksana hutan belukar
Hanya mereka yang berpegang pada tali Allah lah yang akan selamat
Dalam diri manusia ada ribuan srigala dan babi
Shalih dan tidak, baik dan buruk
(Matsnawi, jilid 2, 1416-1417)
Melalui syair-syairnya yang membangun, Rumi seolah ingin berbicara pada para pembacanya di sepanjang waktu untuk selalu optimis, karena manusia diberikan potensi yang luar biasa. Potensi tak berbatas yang ketika kita jatuh berkali-kali sekalipun, tetap dapat bangkit kembali. Namun demikian, rasa optimis itu perlu dipadu dengan sikap kehati-hatian, sebab selalu ada kekuatan kontradiksi yang siap menghancurkan segala pencapaian kita.
Meski upaya Rumi untuk mengungkapkan konsep manusia telah begitu jauh, tetapi dalam puisi rubaiyatnya, ia sendiri mengakui betapa manusia memang makhluk yang tak mudah untuk dimengerti: “Duhai manusia, engkaulah rahasia ciptaan Tuhan dan manifestasi keindahan-Nya”. Pada akhirnya, hanya Sang Pencipta manusialah yang benar-benar memahami hakikat ciptaan-Nya.