Ruh al-Masnavi adalah sebuah karya yang ditulis oleh Ismail Hakki Bursawi untuk mengomentari karya monumental Mevlana Jalaluddin Rumi yang berjudul Masnavi. Seperti banyak karya tafsir Masnavi lainnya, Bursawi tidak memberi komentar secara utuh seluruh bait dari Masnavi melainkan hanya pada jilid pertama, yang kurang lebih berjumlah 748 bait (738 bait versi R.A. Nicholson).
Dalam pengantar karyanya, Bursawi menceritakan bahwa penulisan kitab ini dilatarbelakangi oleh permintaan salah seorang kawannya. Namun, ia segera menolak dengan alasan bahwa dirinya merasa tidak pantas untuk mengomentari karya sebesar Manavi. Tidak lama kemudian, Bursawi didatangi oleh Mevlana dalam mimpinya. Melalui pertemuan itu, Mevlana menyerahkan sebuah buku, yang setelah dibuka rupanya adalah jilid pertama dari Masnavi. Bursawi mempercayai mimpi merupakan isyarat izin dari penulisnya agar ia mengabulkan permintaan sahabatnya.
Sebagai seorang penulis yang produktif, Bursawi mampu menyelesaikan proyeknya dalam waktu 3 tahun. Sebuah waktu yang singkat untuk penulislkan komentar terhadap Masnavi. Selain itu, Ruh al-Masnawi juga merupakan karya pertama yang ditulis oleh Burasavi. Menariknya, Bursawi sebetulnya bukan pengikut dari tarikat Mevlawiyah yeng memiliki tradisi membaca Masnavi. Dia adalah mursyid dari tarikat Jalwatiah dan Naqsabandiyah. Cukup beralasan jika awalnya Bursawi menolak untuk menulis komentar Masnavi.
Metode yang digunakan oleh Bursawi dalam penulisan Ruh al-Masnavi adalah metode komentar klasik. Mula-mula Bursawi menulis satu bait dari Masnavi kemudian memberkan penjelasan kalimat-kalimat yang sulit dipahami dalam bait tersebut secara bahasa. Penjelasan dari segi bahasa ini kadang singkat, tetapi di waktu yang lain juga bisa sangat panjang sesuai kadar kesulitan kata yang dijelaskan. Setelah selesai menjelasakan makna kata, selanjutnya adalah terjemah lengkap per bait. Untuk lebih mudah dalam memberikan penjelsan ini, Bursawi juga memberikan berbagai contoh. Tidak ketinggalan, Bursawi juga rajin sekali merujuk kepada al-Qur’an dan hadist untuk menguatkan gagasan Mevlena.
Ada yang menarik dengan cara Bursawi memberikan komentar terhadap Masnavi, dan ini menurut hemat saya adalah bentuk ke-tawadu-an dari Bursawi. Ia sering kali menggunakan kalimat “pahami dengan baik”, “pikirkan dengan cermat” dan “bandingkan dengan yang lain”. kalimat-kalimat ini seolah-olah memberikan pesan kepada pembaca bahwa sangat mungkin, ada pemahaman yang lebih baik dari penjelasan Bursawi.
Ruh al-Masnavi menjadi karya yang sangat penting untuk dibaca sebagai pembantu memahami Mesnavi. Wallahua’alam.
Ahmad Munji, aktivis NU dan kandidat doktor di Universitas Marmara, Turki