Jumat, Oktober 4

Surat Rumi untuk Menantunya, Fathimah Khotun

Pagi ini saya teringat lagi potongan surat Rumi kepada menantunya, Fathimah Khotun. Surat yang dimuat dalam buku Manaqib Aflaki dan disinggung Zahra Thaheri dalam buku “Kehadiran Perempuan dalam Literatur Tasawuf” juga dimuat ulang dalam buku biografi Rumi karya Badiozzaman Foruzanfar.

****

Aku bersumpah dengan menyebut nama Tuhan, Jika kamu kecewa atas perilaku putraku, ketahuilah Aku jauh lebih bersedih. Dan Aku turut merasakan apa yang ada dalam pikiranmu…

Jika anak-ku menyakitimu, yakinlah aku akan menghapus namanya dalam hatiku, aku tidak akan menjawab salamnya, dan aku tidak akan melayat jenazahnya ketika meninggal. 

Jangan bersedih, semoga Tuhan selalu bersama-mu. 

***

Surat yang indah, sebuah upaya perlindungan untuk para perempuan yang ada di sekitarnya. Seolah Rumi menyadari betul, kekerasan bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk oleh anaknya sendiri. 

Rumi sampai bersumpah dengan nama Tuhan, karena memahami betul betapa persoalan ini bukanlah hal yang sederhana.  Bahkan Rumi berjanji tidak akan melayat jenazah putranya jika ia menyakiti istrinya. 

Dalam surat ini pun tersirat pesan Rumi kepada menantunya untuk terbuka jika terjadi kekerasan dalam rumah tangganya. Karena hubungan yang tidak sehat akan melahirkan racun dan menjadi penghalang perempuan untuk terus bertumbuh. 

Surat Rumi ini memberi inspirasi kepada saya yang punya anak remaja laki-laki. Saya berupaya memberikan kehangatan dan pemahaman supaya kelak ia menjadi lelaki yang hangat dan memuliakan perempuan. Amiiiin. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *