Senin, Mei 6

Tak Berkategori

Ngaji Rumi: Antara Diogenes, Rumi, dan Puasa
Ngaji, Tak Berkategori, Telaah

Ngaji Rumi: Antara Diogenes, Rumi, dan Puasa

Seorang lelaki paruh baya dengan pakaian lusuh, menebarkan butiran pasir di atas jembatan yang penuh tumpukan es, sisa salju semalaman. Kondisi jembatan jadi tidak terlalu licin dan orang-orang bisa melintas dengan lebih nyaman. Di lain musim, ia mengambil adukan semen dan pasir untuk menambal lubang-lubang kecil yang meleleh akibat sengatan matahari musim panas. Atau pernah juga saya melihatnya sedang menyapu di pinggiran jembatan. Awalnya, saya mengira lelaki itu adalah petugas kota yang tidak berpakaian seragam. Namun ternyata sehari-hari, ia memang tinggal di sudut jembatan. Di pagi buta, saya pernah memergokinya sedang tertidur lelap bersandar pada sebuah ransel. Hampir tiap hari saya melewati jembatan itu, rute rumah-kampus, membuat saya mulai mengamati sosok lelaki misterius...
Menemukan Rumi dalam Puisi Sohrab Sepehri
Buku Kontemporer, Ngaji, Sastrawan Sufistik, Tak Berkategori, Telaah

Menemukan Rumi dalam Puisi Sohrab Sepehri

Hidup tidak pernah kosong… ada kasih sayang, ada apel, ada iman. Ya, selama bunga shaghayegh (Anemone) masih merekah hidup akan terus berjalan… (Sohrab, Sepehri) Puisi di atas begitu popular di tengah masyarakat Iran. Nama Sohrab sudah sering saya dengar, bahkan secara tidak sengaja saya pernah juga mengunjungi makamnya yang berada di kota Kashan. Ya, tidak sengaja, karena makamnya memang berada di area komplek seorang ulama yang saat itu saya ziarahi.  Setelah bertahun lamanya, nama Sohrab kembali saya akrabi di kelas “Sastra Kontemporer Persia”. Ketika larik-larik puisinya dibacakan di ruangan, saya merasakan ada yang terhenyak di kedalaman sana. Apalagi, saat mendaras perjalanan hidupnya. “Ah…dia memang bukan penyair biasa”, begitu hati kecil saya bersu...
Mizanul Aqaid, Karya Imam Ghazali yang Terlupakan
Buku, Buku Klasik, Ngaji, Sastrawan Sufistik, Tak Berkategori, Telaah

Mizanul Aqaid, Karya Imam Ghazali yang Terlupakan

Hari-hari terakhir di bulan Azar atau bulan ke 9 dalam penanggalan Iran, kerap membawa debar tersendiri. Langit pucat dan pohon-pohon meranggas berbaur dengan wajah-wajah kelabu para mahasiwa yang sebentar lagi akan menghadapi ujian semester ganjil. Tentu saya pun tak luput dari deraan rasa cemas memandangi tumpukan buku teks dan diktat, sembari mencoba berdamai dengan sinus yang setia menemani selama musim dingin. Di tengah segala kerisauan, sebuah buku bersampul biru muda ini menemani malam-malam saya. Mizanul Aqaid, begitu tertera judul kitab di halaman depan dengan nama penulis Imam Muhammad al-Ghazali. Buku luar biasa yang diberikan oleh orang yang istimewa. Ya, tentu saja istimewa, karena beliau sendiri yang men-tashih dan meneliti naskah kitab ini dari beberapa manuskrip asl...
Ghazal 214: Dari Perjalanan Ufuqi menuju Perjalanan Anfusi
Ngaji, Tak Berkategori, Telaah

Ghazal 214: Dari Perjalanan Ufuqi menuju Perjalanan Anfusi

Mengapa puisi Rumi begitu dicintai berbagai kalangan, tua-muda tanpa kenal Batasan? Tentu selain pilihan diksinya yang indah dan menyentuh sisi terdalam manusia, pesan-pesannya juga selalu relate dengan persoalan hidup, bahkan sampai hari ini. Misalnya, Ghazal 214 ini yang berbicara tentang pentingnya ‘bergerak’ dan melakukan perjalanan.  Rumi memulai bait-bait pertama dengan menunjukkan beberapa contoh di alam, melalui gerakan yang dilakukkannya, mereka memberikan kebermanfaatan bagi semesta; matahari yang berotasi, air yang mengalir, udara yang berhembus, bahkan api yang menjilat. Nampaknya, ilustrasi sederhana ini untuk mengantarkan kita pada pemahaman yang lebih jauh lagi tentang keberhasilan orang-orang besar yang dihasilkan melalui pergerakan dan perjalanan panjang. T...