Sabtu, Desember 14

Telaah

Mengapa Harus Membaca Majalis Sab’ah?
Buku, Buku Kontemporer, Matsnawi, Ngaji, Telaah

Mengapa Harus Membaca Majalis Sab’ah?

Kitab ini memuat tujuh khotbah dengan porsi yang berbeda-beda di tiap khotbahnya. Khotbah pertama memuat porsi yang cukup besar, nyaris setengah isi buku. Karena itulah, sebagai penerjemah, saya berinisiatif untuk memberikan judul-judul kecil dengan niat untuk memudahkan pembacaan. Selain itu, saya juga membubuhkan catatan kaki untuk menjelaskan beberapa diksi dan istilah yang barangkali belum populer di kalangan pembaca Indonesia. Lalu, apa keunggulan kitab ini, bukankah puncak pemikiran Rumi terangkum dalam kitab Matsnawî Ma’nawî serta Divan-e Shams? Pertama, barangkali memang benar, dua kitab tersebut merupakan hasil akhir dari perjalanan Rumi. Namun yang perlu diingat, hasil itu tidak akan pernah ada tanpa melalui proses yang panjang. Kitab ini, bisa menjadi salah sat...
Resensi Buku Ngaji Rumi: Ringan dan Asik Dibaca
Buku, Buku Kontemporer, Matsnawi, Ngaji, Resensi Ngaji Rumi, Sastrawan Sufistik, Telaah

Resensi Buku Ngaji Rumi: Ringan dan Asik Dibaca

Dalam kajian tasawuf, nama Rumi adalah salah tokoh yang lekat dengan syair-syair sufistiknya. Banyak yang mengagumi keindahan syair-syair Rumi terutama karena kedalaman maknanya. Salah satu buku yang mengkaji syair-syair Maulana Jalaluddin Rumi adalah buku karya Afifah Ahmad yang berjudul, Kitab Cinta dan Ayat-ayat Sufistik. Buku terbitan Afkaruna.id ini berjumlah 223 halaman dengan menyajikan 6 tema di dalamnya. Penulis tidak banyak mengenal syair-syair Rumi kecuali sedikit saja karena begitu banyak dikutip terutama oleh agamawan. Maka buku ini menjadi semacam langkah awal untuk kelak mengenal Rumi dan karyanya lebih jauh. Afifah Ahmad, seorang penulis perempuan yang telah lama menetap di Iran, menjadikan kitab Tafsir Matsnawi Ma’nawi karya Karim Zamani sebagai rujukan utama ...
Buku Terjemahan Terbaru Rumi “Majalis Sab’ah” Sudah Bisa Dipesan
Buku, Buku Kontemporer, Galeri, Info, Telaah

Buku Terjemahan Terbaru Rumi “Majalis Sab’ah” Sudah Bisa Dipesan

Alhamdulillah… Pagi ini mendapatkan kabar baik. Akhirnya, buku karya Rumi “Majalis Sab’ah” sudah dapat dipesan. Silahkan hubungi Turos Pustaka Sebagian cerita di balik penerjemahan buku ini, pernah sedikit saya spill, tapi sebenarnya ada bagian penting yang belum saya share. Saya mulai menerjemahkan kitab “Majalis” ini bersamaan dengan datangnya bulan Puasa. Malam-malam Ramadhan yang syahdu memberikan spirit tersendiri bagi saya. Hari-hari itu juga, saya tidak banyak keluar rumah dan menghindari pertemuan dan keramaian. Saya menepi sejenak, sebagai salah satu ikhtiar agar dapat mencerna dan menerjemahkan kitab “Majalis” secara lebih jernih. Meskipun mungkin saya sudah tidak asing dengan dunia kepenulisan, namun ternyata menerjemahkan buku adalah suatu yang sama sekali berb...
Kisah Haji Para Perempuan Sufi
Ngaji, Telaah

Kisah Haji Para Perempuan Sufi

Foto: Lukisan Farshician “Kamu sudah berhaji?”, kata salah seorang teman perempuan Irani di sebuah senja saat kembali dari kelas Rumi. “Belum, kamu gimana?”, saya tanya balik. “Ya, saya pernah beberapa kali ke Mekkah, namun perjalanan haji terindah saya setelah mengenal dunia irfan dan tasawuf”, matanya berembun dan kata-katnya bergetar. “Semoga, suatu hari kamu juga bisa ke sana” Saya mengaminkan dengan sepenuh hati. Dulu, saya tidak terlalu memahami perkataan teman saya itu. Belakangan setelah berkenalan dengan pemikiran tasawuf, pelan-pelan mulai kembali mencernanya. Para sufi selalu memaknai ibadah dan ritual agama dengan cara pandang batiniah yang menyentuh relung terdalam manusia. Terdorong oleh rasa ingin tahu tentang bagaimana catatan haji para sufi, terutama sufi per...
Ngaji Rumi: Antara Diogenes, Rumi, dan Puasa
Ngaji, Tak Berkategori, Telaah

Ngaji Rumi: Antara Diogenes, Rumi, dan Puasa

Seorang lelaki paruh baya dengan pakaian lusuh, menebarkan butiran pasir di atas jembatan yang penuh tumpukan es, sisa salju semalaman. Kondisi jembatan jadi tidak terlalu licin dan orang-orang bisa melintas dengan lebih nyaman. Di lain musim, ia mengambil adukan semen dan pasir untuk menambal lubang-lubang kecil yang meleleh akibat sengatan matahari musim panas. Atau pernah juga saya melihatnya sedang menyapu di pinggiran jembatan. Awalnya, saya mengira lelaki itu adalah petugas kota yang tidak berpakaian seragam. Namun ternyata sehari-hari, ia memang tinggal di sudut jembatan. Di pagi buta, saya pernah memergokinya sedang tertidur lelap bersandar pada sebuah ransel. Hampir tiap hari saya melewati jembatan itu, rute rumah-kampus, membuat saya mulai mengamati sosok lelaki misterius...
Menemukan Rumi dalam Puisi Sohrab Sepehri
Buku Kontemporer, Ngaji, Sastrawan Sufistik, Tak Berkategori, Telaah

Menemukan Rumi dalam Puisi Sohrab Sepehri

Hidup tidak pernah kosong… ada kasih sayang, ada apel, ada iman. Ya, selama bunga shaghayegh (Anemone) masih merekah hidup akan terus berjalan… (Sohrab, Sepehri) Puisi di atas begitu popular di tengah masyarakat Iran. Nama Sohrab sudah sering saya dengar, bahkan secara tidak sengaja saya pernah juga mengunjungi makamnya yang berada di kota Kashan. Ya, tidak sengaja, karena makamnya memang berada di area komplek seorang ulama yang saat itu saya ziarahi.  Setelah bertahun lamanya, nama Sohrab kembali saya akrabi di kelas “Sastra Kontemporer Persia”. Ketika larik-larik puisinya dibacakan di ruangan, saya merasakan ada yang terhenyak di kedalaman sana. Apalagi, saat mendaras perjalanan hidupnya. “Ah…dia memang bukan penyair biasa”, begitu hati kecil saya bersu...
Mustafa, Menyatukan Umat dengan Cinta
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Mustafa, Menyatukan Umat dengan Cinta

Lukisan Farshician Dalam naungan cahaya Mustafa dendam masa lalu menjadi sirna Ia persaudarakan kaum yang bertikai laksana butiran anggur dalam satu tangkai (Matsnawi, juz 2, bait 3714-3715) Sungguh indah Rumi melukiskan salah satu berkah kehadiran Rasulullah SAW sebagai pemersatu umat. Konteks puisi yang ditulis Rumi dalam kitab Matsnawi ini kembali pada salah satu fase sejarah menjelang hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke kota Madinah. Sejarah mencatat, di Madinah pra Islam, ada dua kabilah terkemuka, yaitu Aus dan Khazraj yang meskipun berasal dari satu rumpun tetapi mereka selalu bertikai dan berperang. Berbagai upaya pernah dilakukan untuk meredakan pertikaian tersebut, tapi tak pernah berhasil. Sampai akhirnya datanglah sosok Rasul mempersaudarakan kembali merek...
Jangan Mendahului Takdir
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Jangan Mendahului Takdir

Alkisah, ada salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang sadang sakit keras, Rasul lalu mengajak para sahabat lain untuk menjenguknya. Dari keterangan orang terdekat, si sakit terus mengaduh dan meraung menahan rasa sakit. Begitu mengetahui Rasul datang, ia berusaha tegar, meski tak dapat menyembunyikan rasa sakitnya. Rasul bertanya kepadanya: “Apakah Anda berdoa sesuatu yang menyebabkan seperti ini?” Setelah mengingat-ingat, akhirnya ia bercerita: “Setelah saya bertaubat dan menjadi pengikut Anda, saya berdoa kepada Tuhan, jika saya berbuat dosa, berilah sangsi di dunia ini agar kelak selamat di akhirat”. Nabi yang mulia kemudian memberikan nasihat kepadanya agar tidak lagi berdoa demikian. Kata Nabi “Mintalah kebaikan di dunia maupun di akhirat”. Kisah ini disampaikan secara pan...
Potret Asyura dalam Puisi Rumi: Analisis Ghazal 2707
Ghazaliyat, Ngaji, Telaah

Potret Asyura dalam Puisi Rumi: Analisis Ghazal 2707

Gambar: lukisan Farshician Peristiwa Karbala sejatinya memang milik seluruh umat Islam dari kelompok dan mazhab apapun. Hampir seluruh sejarawan yang menulis sejarah Islam, tidak melewatkan untuk mencatat tragedi Karbala. Bahkan peristiwa ini telah merembas dalam banyak karya sastra, termasuk syair dan puisi. Banyak penyair yang turut mengungkapkan ekspresi dukanya lewat puisi, tak terkecuali Jalaluddin Rumi, penyair legendaris yang puisi-puisinya telah memberi harapan pada dunia. Rumi melalui puisinya baik dalam Matsnawi maupun Divan-e Shmas banyak menyebut tragedi Karbala. Setidaknya ada tiga Ghazal yang langsung berhubungan dengan peristiwa Asyura ini, yaitu ghazal ke 230, 338, dan 2707. Dalam ghazal 230 digambarkan simbolisasi bahwa Husein ibarat “del” atau cinta dan Yazid seper...
Ghazal 214: Dari Perjalanan Ufuqi menuju Perjalanan Anfusi
Ngaji, Tak Berkategori, Telaah

Ghazal 214: Dari Perjalanan Ufuqi menuju Perjalanan Anfusi

Mengapa puisi Rumi begitu dicintai berbagai kalangan, tua-muda tanpa kenal Batasan? Tentu selain pilihan diksinya yang indah dan menyentuh sisi terdalam manusia, pesan-pesannya juga selalu relate dengan persoalan hidup, bahkan sampai hari ini. Misalnya, Ghazal 214 ini yang berbicara tentang pentingnya ‘bergerak’ dan melakukan perjalanan.  Rumi memulai bait-bait pertama dengan menunjukkan beberapa contoh di alam, melalui gerakan yang dilakukkannya, mereka memberikan kebermanfaatan bagi semesta; matahari yang berotasi, air yang mengalir, udara yang berhembus, bahkan api yang menjilat. Nampaknya, ilustrasi sederhana ini untuk mengantarkan kita pada pemahaman yang lebih jauh lagi tentang keberhasilan orang-orang besar yang dihasilkan melalui pergerakan dan perjalanan panjang. T...