Jumat, Oktober 4

Tag: ngajirumi

Mustafa, Menyatukan Umat dengan Cinta
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Mustafa, Menyatukan Umat dengan Cinta

Lukisan Farshician Dalam naungan cahaya Mustafa dendam masa lalu menjadi sirna Ia persaudarakan kaum yang bertikai laksana butiran anggur dalam satu tangkai (Matsnawi, juz 2, bait 3714-3715) Sungguh indah Rumi melukiskan salah satu berkah kehadiran Rasulullah SAW sebagai pemersatu umat. Konteks puisi yang ditulis Rumi dalam kitab Matsnawi ini kembali pada salah satu fase sejarah menjelang hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke kota Madinah. Sejarah mencatat, di Madinah pra Islam, ada dua kabilah terkemuka, yaitu Aus dan Khazraj yang meskipun berasal dari satu rumpun tetapi mereka selalu bertikai dan berperang. Berbagai upaya pernah dilakukan untuk meredakan pertikaian tersebut, tapi tak pernah berhasil. Sampai akhirnya datanglah sosok Rasul mempersaudarakan kembali merek...
Jangan Mendahului Takdir
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Jangan Mendahului Takdir

Alkisah, ada salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang sadang sakit keras, Rasul lalu mengajak para sahabat lain untuk menjenguknya. Dari keterangan orang terdekat, si sakit terus mengaduh dan meraung menahan rasa sakit. Begitu mengetahui Rasul datang, ia berusaha tegar, meski tak dapat menyembunyikan rasa sakitnya. Rasul bertanya kepadanya: “Apakah Anda berdoa sesuatu yang menyebabkan seperti ini?” Setelah mengingat-ingat, akhirnya ia bercerita: “Setelah saya bertaubat dan menjadi pengikut Anda, saya berdoa kepada Tuhan, jika saya berbuat dosa, berilah sangsi di dunia ini agar kelak selamat di akhirat”. Nabi yang mulia kemudian memberikan nasihat kepadanya agar tidak lagi berdoa demikian. Kata Nabi “Mintalah kebaikan di dunia maupun di akhirat”. Kisah ini disampaikan secara pan...
Potret Asyura dalam Puisi Rumi: Analisis Ghazal 2707
Ghazaliyat, Ngaji, Telaah

Potret Asyura dalam Puisi Rumi: Analisis Ghazal 2707

Gambar: lukisan Farshician Peristiwa Karbala sejatinya memang milik seluruh umat Islam dari kelompok dan mazhab apapun. Hampir seluruh sejarawan yang menulis sejarah Islam, tidak melewatkan untuk mencatat tragedi Karbala. Bahkan peristiwa ini telah merembas dalam banyak karya sastra, termasuk syair dan puisi. Banyak penyair yang turut mengungkapkan ekspresi dukanya lewat puisi, tak terkecuali Jalaluddin Rumi, penyair legendaris yang puisi-puisinya telah memberi harapan pada dunia. Rumi melalui puisinya baik dalam Matsnawi maupun Divan-e Shmas banyak menyebut tragedi Karbala. Setidaknya ada tiga Ghazal yang langsung berhubungan dengan peristiwa Asyura ini, yaitu ghazal ke 230, 338, dan 2707. Dalam ghazal 230 digambarkan simbolisasi bahwa Husein ibarat “del” atau cinta dan Yazid seper...
Ghazal 214: Dari Perjalanan Ufuqi menuju Perjalanan Anfusi
Ngaji, Tak Berkategori, Telaah

Ghazal 214: Dari Perjalanan Ufuqi menuju Perjalanan Anfusi

Mengapa puisi Rumi begitu dicintai berbagai kalangan, tua-muda tanpa kenal Batasan? Tentu selain pilihan diksinya yang indah dan menyentuh sisi terdalam manusia, pesan-pesannya juga selalu relate dengan persoalan hidup, bahkan sampai hari ini. Misalnya, Ghazal 214 ini yang berbicara tentang pentingnya ‘bergerak’ dan melakukan perjalanan.  Rumi memulai bait-bait pertama dengan menunjukkan beberapa contoh di alam, melalui gerakan yang dilakukkannya, mereka memberikan kebermanfaatan bagi semesta; matahari yang berotasi, air yang mengalir, udara yang berhembus, bahkan api yang menjilat. Nampaknya, ilustrasi sederhana ini untuk mengantarkan kita pada pemahaman yang lebih jauh lagi tentang keberhasilan orang-orang besar yang dihasilkan melalui pergerakan dan perjalanan panjang. T...
Munuju Pendidikan Berbasis Cinta: Tafsir Ghazal 132
Buku Kontemporer, Ghazaliyat, Ngaji, Telaah

Munuju Pendidikan Berbasis Cinta: Tafsir Ghazal 132

Beberapa hari lalu, tepatnya pada 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Di hari yang sama, secara kebetulan, masyarakat Iran juga sedang merayakan Hari Guru. Toko-toko bunga di sepanjang Valiashr, jalan menuju kampus saya, dikerumini para pembeli. Di tengah wajah-wajah ceria mahasiswa yang membawa setangkai bunga untuk dosen mereka, saya teringat sebuah obrolan dengan seorang dosen tentang betapa hari ini makna pendidikan telah mengalami pendangkalan. Agaknya, ini memang sudah menjadi tantangan pendidikan di tingkat global. Alasan keinginan untuk segera lulus dan mendapatkan pekerjaan mapan, melahirkan cara-cara instan dan menghindari proses panjang yang dianggap melelahkan. Lembaga pendidikan seringkali hanya dipandang sebagai tempat untuk menghasilkan lul...
Makna Lebaran bagi Para Pecinta
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Makna Lebaran bagi Para Pecinta

Seorang arif dan pecinta dapat berlebaran setiap hari, tak perlu menanti setahun sampai eid datang kembali. Sungguh indah potongan puisi Maulana Jalaluddin Rumi yang ia tulis dalam ghazal ke-583 kitab Divan-e Kabir. Rumi mengajak kita untuk melihat apapun dari sudut pandang seorang pecinta, termasuk ketika memaknai fenomena keagamaan seperti hari Raya Idul Fitri atau yang biasa kita sebut sebagai lebaran. Mengapa Rumi berpandangan seorang pecinta dapat berlebaran setiap hari? Bagaimana sebenarnya makna lebaran sendiri menurut Rumi? Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada hal yang mungkin perlu dicatat, Rumi bukan menolak pengertian lebaran sebagaimana yang dipahami oleh kaum muslimin secara umum. Dalam salah satu potongan puisinya, ghazal ke-236, Rumi mengungkapkan kebahagia...
Ketika Nabi Muhammad SAW Menunjuk Pemimpin Belia
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Ketika Nabi Muhammad SAW Menunjuk Pemimpin Belia

Lukisan Farshician Alkisah, di hari-hari terakhir kehidupannya, Rasulullah mempersiapkan sebuah pasukan untuk menghadapi ancaman serangan Kekaisaran Romawi. Beliau menunjuk seorang komandan yang masih belia, berusia sekitar 18 tahun, bernama Usamah bin Zaid. Dalam barisan pasukan tersebut, hadir para prajurit dan komandan senior dari kalangan Muhajirin. Penunjukan ini sempat menimbulkan protes sebagian kaum muslimin, mereka berharap Nabi dapat menunjuk seorang komandan yang lebih berpengalaman. Rasul SAW kemudian meluruskan pandangan mereka, betapa banyak anak-anak muda yang memiliki kebijaksanaan dan  kematangan berpikir, bahkan melampaui mereka yang secara usia lebih tua. Usia bukanlah ukuran kematangan seseorang, namun yang terpenting adalah pola pikir dan kemampuan. *** ...
Arti Sebuah Kehadiran
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Arti Sebuah Kehadiran

Lukisan Farshician Alkisah, sepasang kekasih sedang duduk berdampingan, sebut saja mereka Ashiq dan Ma’shuq. Alih-alih menikmati kebersamaan dan berbincang tentang indahnya perjumpaan, Ashiq malah mengeluarkan tumpukan surat yang ia tulis dengan penuh kerinduan saat berjauhan. Kemudian ia membacakannya di hadapan sang kekasih. Ashiq terus membaca tak menghiraukan suasana yang mulai jenuh hingga mengundang tanya bagi Ma’shuq “Kenapa kamu membacakan surat-surat itu, padahal sekarang aku ada di sampingmu. Ini kah makna cinta buatmu?”. Lalu Ashiq pun mencurahkan isi hatinya. “Ya, kamu memang sekarang ada di dekatku. Tapi, aku tidak merasakan kehadiran jiwamu. Aku tidak lagi merasakan keindahan. Aku tidak lagi dapat menyelam dalam beningnya bola matamu”. Kisah tersebut diceritakan Maulan...
Maryam dan Simbolisasi Perjalanan Rohani
Ghazaliyat, Matsnawi, Ngaji, Telaah

Maryam dan Simbolisasi Perjalanan Rohani

Beberapa waktu lalu, saya pernah mengikuti tour budaya dengan agenda mengunjungi gereja-gereja tua di Tehran. Setiap kali saya memasuki ruang utama gereja, perhatian saya selalu tersedot pada lukisan bunda Maria. Menariknya, visualisasi bunda Maria dari satu gereja ke gereja lainnya terlihat berbeda. Ada yang menggambarkan bunda Maria dengan kain penutup kepala yang menjuntai hingga menutupi seluruh tubuhnya. Ada juga yang melukiskan bunda Maria tampak bersahaja, berkerudung putih dengan menyisakan rambut di bagian depannya. Bahkan di gereja yang saya kunjungi juga, ada lukisan bunda Maria tanpa penutup kepala bergaya busana perempuan Eropa abad pertengahan.  Betapapun beragamnya visualisasi dan ekspresi lukisan bunda Maria, ada dua hal yang selalu saya jumpai. Pertama, h...