
Ada satu masa, kadang saya lama tidak menuliskan catatan Ngaji Rumi karena merasa kalau apa yang saya ketahui masih sangat terbatas. Namun, belakangan setelah saya menemukan Ghazal Rumi ini, semangat saya kembali berangsur membaik. Meskipun kadang masih berbenturan dengan pembagian waktu.
Terus terang, saya terkejut menjumpai tiga bait penutup Ghazal ke-2 Rumi dalam kitab “Ghazalliyat Shams Tabrizi” ini. Biasanya, Rumi menutup Ghazal dengan meminta kita untuk hening, tapi dalam ghazal ini, Rumi justeru menjelaskan pentingnya menggunakan potensi “berbahasa” dalam diri kita.
***
Sukhan itu air kehidupan yang dianugerahkan Tuhan secara laduni
Jangan kau mengabaikannya, karena ia mendorong amal baik
Penyimak yang bijak, mampu memetik ribuan hikmah dari sedikit kata
Sebaliknya, penyimak buta, ribuah kata tak mampu membuka sedikit celah
Jangan kau katakan mengapa aku banyak melantunkan puisi?
Bukankah di dalam lautan, ada begitu banyak mutiara?
Bukankah lantunan syair membuat unta-unta itu bersemangat?
***
Sukhan, tidak hanya bermakna bicara. Dalam konteks bait di atas, ia juga bermakna menyampaikan gagasan, berbagi ide, dan sharing pengetahuan. Medianya bisa melalui apa pun sesuai dengan kemampuan dan kenyamanan kita. Dalam rangkaian bait di atas, Rumi menyisipkan pesan mengapa berbagi itu sangat penting:
Pertama, sebagai ekspresi rasa syukur karena anugerah yang tidak Tuhan berikan kepada makhluk lain, yaitu potensi berpikir. Rumi menggunakan istilah “Min ladun” suatu keberkahan yang tidak kita upayakan.
Kedua, kata Rumi “Bahasa” itu seperti “Ab hayat” atau air kehidupan yang dapat memengaruhi orang untuk bertindak dan melakukan aksi. Dalam skala yang lebih besar, literasi itu dapat menggerakkan peradaban umat manusia.
Ketiga, mutiara kata yang kita sampaikan itu kata Rumi ibarat mutiara dalam lautan yang akan memberikan kebermanfaatan kepada siapa saja yang mau menggalinya.
Keempat, bahkan kata Rumi sebuah syair itu mampu menyemengati unta untuk berjalan lebih cepat. Jika pada hewan saja, kata-kata punya pengaruh yang begitu hebat, apalagi kepada manusia.
Di dalam ghazal itu juga terselip sebuah pesan jika kita dalam posisi sebagai pembaca atau penyimak agar menggunakan potensi terbaik kita dalam mengikat makna dan hikmah yang disampaikan. Indah sekali jalinan penulis dan pembaca ini. Karena Keinginan kita untuk berbagi biasanya berbanding lurus dengan keinginan kita untuk terus menggali pengetahuan dan ilmu-ilmu baru. Proses inilah yang akan membuat kita terus bertumbuh. Saya jadi teringat sebuah pepatah, muda itu bukan tentang usia, tapi tentang seberapa besar rasa ingin tahu dalam diri kita.