Senin, Januari 20

Telaah

Potret Asyura dalam Puisi Rumi: Analisis Ghazal 2707
Ghazaliyat, Ngaji, Telaah

Potret Asyura dalam Puisi Rumi: Analisis Ghazal 2707

Gambar: lukisan Farshician Peristiwa Karbala sejatinya memang milik seluruh umat Islam dari kelompok dan mazhab apapun. Hampir seluruh sejarawan yang menulis sejarah Islam, tidak melewatkan untuk mencatat tragedi Karbala. Bahkan peristiwa ini telah merembas dalam banyak karya sastra, termasuk syair dan puisi. Banyak penyair yang turut mengungkapkan ekspresi dukanya lewat puisi, tak terkecuali Jalaluddin Rumi, penyair legendaris yang puisi-puisinya telah memberi harapan pada dunia. Rumi melalui puisinya baik dalam Matsnawi maupun Divan-e Shmas banyak menyebut tragedi Karbala. Setidaknya ada tiga Ghazal yang langsung berhubungan dengan peristiwa Asyura ini, yaitu ghazal ke 230, 338, dan 2707. Dalam ghazal 230 digambarkan simbolisasi bahwa Husein ibarat “del” atau cinta dan Yazid seper...
Ghazal 214: Dari Perjalanan Ufuqi menuju Perjalanan Anfusi
Ngaji, Tak Berkategori, Telaah

Ghazal 214: Dari Perjalanan Ufuqi menuju Perjalanan Anfusi

Mengapa puisi Rumi begitu dicintai berbagai kalangan, tua-muda tanpa kenal Batasan? Tentu selain pilihan diksinya yang indah dan menyentuh sisi terdalam manusia, pesan-pesannya juga selalu relate dengan persoalan hidup, bahkan sampai hari ini. Misalnya, Ghazal 214 ini yang berbicara tentang pentingnya ‘bergerak’ dan melakukan perjalanan.  Rumi memulai bait-bait pertama dengan menunjukkan beberapa contoh di alam, melalui gerakan yang dilakukkannya, mereka memberikan kebermanfaatan bagi semesta; matahari yang berotasi, air yang mengalir, udara yang berhembus, bahkan api yang menjilat. Nampaknya, ilustrasi sederhana ini untuk mengantarkan kita pada pemahaman yang lebih jauh lagi tentang keberhasilan orang-orang besar yang dihasilkan melalui pergerakan dan perjalanan panjang. T...
Munuju Pendidikan Berbasis Cinta: Tafsir Ghazal 132
Buku Kontemporer, Ghazaliyat, Ngaji, Telaah

Munuju Pendidikan Berbasis Cinta: Tafsir Ghazal 132

Beberapa hari lalu, tepatnya pada 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Di hari yang sama, secara kebetulan, masyarakat Iran juga sedang merayakan Hari Guru. Toko-toko bunga di sepanjang Valiashr, jalan menuju kampus saya, dikerumini para pembeli. Di tengah wajah-wajah ceria mahasiswa yang membawa setangkai bunga untuk dosen mereka, saya teringat sebuah obrolan dengan seorang dosen tentang betapa hari ini makna pendidikan telah mengalami pendangkalan. Agaknya, ini memang sudah menjadi tantangan pendidikan di tingkat global. Alasan keinginan untuk segera lulus dan mendapatkan pekerjaan mapan, melahirkan cara-cara instan dan menghindari proses panjang yang dianggap melelahkan. Lembaga pendidikan seringkali hanya dipandang sebagai tempat untuk menghasilkan lul...
Makna Lebaran bagi Para Pecinta
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Makna Lebaran bagi Para Pecinta

Seorang arif dan pecinta dapat berlebaran setiap hari, tak perlu menanti setahun sampai eid datang kembali. Sungguh indah potongan puisi Maulana Jalaluddin Rumi yang ia tulis dalam ghazal ke-583 kitab Divan-e Kabir. Rumi mengajak kita untuk melihat apapun dari sudut pandang seorang pecinta, termasuk ketika memaknai fenomena keagamaan seperti hari Raya Idul Fitri atau yang biasa kita sebut sebagai lebaran. Mengapa Rumi berpandangan seorang pecinta dapat berlebaran setiap hari? Bagaimana sebenarnya makna lebaran sendiri menurut Rumi? Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada hal yang mungkin perlu dicatat, Rumi bukan menolak pengertian lebaran sebagaimana yang dipahami oleh kaum muslimin secara umum. Dalam salah satu potongan puisinya, ghazal ke-236, Rumi mengungkapkan kebahagia...
Ketika Nabi Muhammad SAW Menunjuk Pemimpin Belia
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Ketika Nabi Muhammad SAW Menunjuk Pemimpin Belia

Lukisan Farshician Alkisah, di hari-hari terakhir kehidupannya, Rasulullah mempersiapkan sebuah pasukan untuk menghadapi ancaman serangan Kekaisaran Romawi. Beliau menunjuk seorang komandan yang masih belia, berusia sekitar 18 tahun, bernama Usamah bin Zaid. Dalam barisan pasukan tersebut, hadir para prajurit dan komandan senior dari kalangan Muhajirin. Penunjukan ini sempat menimbulkan protes sebagian kaum muslimin, mereka berharap Nabi dapat menunjuk seorang komandan yang lebih berpengalaman. Rasul SAW kemudian meluruskan pandangan mereka, betapa banyak anak-anak muda yang memiliki kebijaksanaan dan  kematangan berpikir, bahkan melampaui mereka yang secara usia lebih tua. Usia bukanlah ukuran kematangan seseorang, namun yang terpenting adalah pola pikir dan kemampuan. *** ...
Ngaji Rumi: Puasa dan Seni Mengendalikan Diri
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Ngaji Rumi: Puasa dan Seni Mengendalikan Diri

Suatu hari, serombongan orang asing datang ke masjid Nabi dan mereka ingin diterima sebagai tamu. Rasul SAW meminta kepada para sahabatnya untuk menjamu di rumah mereka masing-masing. Sahabat yang hadir memilih tamu untuk diajak pulang hingga tersisa seorang yang bertubuh tinggi besar. Kemudian Rasul mempersilahkannya ke rumah dan menjamunya. Perilaku tamu ini sangat mengejutkan penghuni rumah Rasul. Pada saat dihidangkan makan malam, ia menyantap seluruh porsi makanan yang sedianya dihidangkan untuk belasan orang. Lalu dengan santai ia pergi ke kamar dan tertidur pulas, sementara seluruh penghuni rumah Nabi, termasuk para pelayan bermalam dengan perut kosong. Seorang pelayan yang tidak menyukai kerakusan tamu itu mengunci kamar dari luar. Tengah malam, tamu tadi bermaksud buang ha...
Arti Sebuah Kehadiran
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Arti Sebuah Kehadiran

Lukisan Farshician Alkisah, sepasang kekasih sedang duduk berdampingan, sebut saja mereka Ashiq dan Ma’shuq. Alih-alih menikmati kebersamaan dan berbincang tentang indahnya perjumpaan, Ashiq malah mengeluarkan tumpukan surat yang ia tulis dengan penuh kerinduan saat berjauhan. Kemudian ia membacakannya di hadapan sang kekasih. Ashiq terus membaca tak menghiraukan suasana yang mulai jenuh hingga mengundang tanya bagi Ma’shuq “Kenapa kamu membacakan surat-surat itu, padahal sekarang aku ada di sampingmu. Ini kah makna cinta buatmu?”. Lalu Ashiq pun mencurahkan isi hatinya. “Ya, kamu memang sekarang ada di dekatku. Tapi, aku tidak merasakan kehadiran jiwamu. Aku tidak lagi merasakan keindahan. Aku tidak lagi dapat menyelam dalam beningnya bola matamu”. Kisah tersebut diceritakan Maulan...
Sudahkah Kita Menjadi Seorang Pecinta?
Buku, Ngaji, Telaah

Sudahkah Kita Menjadi Seorang Pecinta?

Alkisah, ada pemuda yang amat mencintai seorang perempuan. Sayangnya, berbagai upaya yang ia lakukan untuk mendekatinya tak pernah berhasil. Jangankan bisa berjumpa langsung dengan sosok yang didambanya, surat-surat yang ia tulis saja tak pernah sampai dan utusan yang ia kirim pun selalu kembali dengan tangan kosong. Hari demi hari terus berlalu, waktu pun silih berganti, bertahun-tahun lamanya lelaki itu ditikam kerinduan yang mendalam.  Sampai suatu malam saat sedang berjalan seorang diri, si pemuda bertemu dengan petugas patroli kerajaan. Karena dikira pencuri, petugas itu mengejar dan akan menangkapnya. Si pemuda berlari dan bersembunyi di sebuah kebun tertutup. Di tengah rasa takut yang mendera, ia melihat seorang perempuan yang sedang membawa lentera. Betapa terkejutnya ...
Layla dan Keindahan tak Berbatas
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Layla dan Keindahan tak Berbatas

Siapa tak kenal legenda Layla Majnun yang dipopulerkan oleh Nizami Ganjavi? Kisahnya selalu menginspirasi para penulis, penyair, bahkan kerap dipinjam para tokoh sufi sebagai perumpamaan untuk menghadirkan pesan yang sesungguhnya, tak terkecuali Maulana Jalaluddin Rumi. Dalam kitab Matsnawi Maknawi, setidaknya kisah Laila Majnun disebut tujuh kali secara terpisah.  Di tangan Rumi, penyajian kisah Layla Majnun ini agak berbeda. Ia memang tidak menghadirkan seluruh fragmen, tapi memotret dari berbagai sudut pandang. Rumi juga tidak membincang kisah ini dengan gaya elegi dan melankolis ala Romeo-Juliet. Tetapi, meramu cerita Layla-Majnun menjadi simbolisasi cinta yang memerdekakan, menguatkan, dan menyatukan.  Misalnya ketika Rumi menuturkan fragmen Majnun dalam kitab Mat...
Maryam dan Simbolisasi Perjalanan Rohani
Ghazaliyat, Matsnawi, Ngaji, Telaah

Maryam dan Simbolisasi Perjalanan Rohani

Beberapa waktu lalu, saya pernah mengikuti tour budaya dengan agenda mengunjungi gereja-gereja tua di Tehran. Setiap kali saya memasuki ruang utama gereja, perhatian saya selalu tersedot pada lukisan bunda Maria. Menariknya, visualisasi bunda Maria dari satu gereja ke gereja lainnya terlihat berbeda. Ada yang menggambarkan bunda Maria dengan kain penutup kepala yang menjuntai hingga menutupi seluruh tubuhnya. Ada juga yang melukiskan bunda Maria tampak bersahaja, berkerudung putih dengan menyisakan rambut di bagian depannya. Bahkan di gereja yang saya kunjungi juga, ada lukisan bunda Maria tanpa penutup kepala bergaya busana perempuan Eropa abad pertengahan.  Betapapun beragamnya visualisasi dan ekspresi lukisan bunda Maria, ada dua hal yang selalu saya jumpai. Pertama, h...