Jumat, April 19

Telaah

Ngaji Rumi: Puasa dan Seni Mengendalikan Diri
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Ngaji Rumi: Puasa dan Seni Mengendalikan Diri

Suatu hari, serombongan orang asing datang ke masjid Nabi dan mereka ingin diterima sebagai tamu. Rasul SAW meminta kepada para sahabatnya untuk menjamu di rumah mereka masing-masing. Sahabat yang hadir memilih tamu untuk diajak pulang hingga tersisa seorang yang bertubuh tinggi besar. Kemudian Rasul mempersilahkannya ke rumah dan menjamunya. Perilaku tamu ini sangat mengejutkan penghuni rumah Rasul. Pada saat dihidangkan makan malam, ia menyantap seluruh porsi makanan yang sedianya dihidangkan untuk belasan orang. Lalu dengan santai ia pergi ke kamar dan tertidur pulas, sementara seluruh penghuni rumah Nabi, termasuk para pelayan bermalam dengan perut kosong. Seorang pelayan yang tidak menyukai kerakusan tamu itu mengunci kamar dari luar. Tengah malam, tamu tadi bermaksud buang ha...
Arti Sebuah Kehadiran
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Arti Sebuah Kehadiran

Lukisan Farshician Alkisah, sepasang kekasih sedang duduk berdampingan, sebut saja mereka Ashiq dan Ma’shuq. Alih-alih menikmati kebersamaan dan berbincang tentang indahnya perjumpaan, Ashiq malah mengeluarkan tumpukan surat yang ia tulis dengan penuh kerinduan saat berjauhan. Kemudian ia membacakannya di hadapan sang kekasih. Ashiq terus membaca tak menghiraukan suasana yang mulai jenuh hingga mengundang tanya bagi Ma’shuq “Kenapa kamu membacakan surat-surat itu, padahal sekarang aku ada di sampingmu. Ini kah makna cinta buatmu?”. Lalu Ashiq pun mencurahkan isi hatinya. “Ya, kamu memang sekarang ada di dekatku. Tapi, aku tidak merasakan kehadiran jiwamu. Aku tidak lagi merasakan keindahan. Aku tidak lagi dapat menyelam dalam beningnya bola matamu”. Kisah tersebut diceritakan Maulan...
Sudahkah Kita Menjadi Seorang Pecinta?
Buku, Ngaji, Telaah

Sudahkah Kita Menjadi Seorang Pecinta?

Alkisah, ada pemuda yang amat mencintai seorang perempuan. Sayangnya, berbagai upaya yang ia lakukan untuk mendekatinya tak pernah berhasil. Jangankan bisa berjumpa langsung dengan sosok yang didambanya, surat-surat yang ia tulis saja tak pernah sampai dan utusan yang ia kirim pun selalu kembali dengan tangan kosong. Hari demi hari terus berlalu, waktu pun silih berganti, bertahun-tahun lamanya lelaki itu ditikam kerinduan yang mendalam.  Sampai suatu malam saat sedang berjalan seorang diri, si pemuda bertemu dengan petugas patroli kerajaan. Karena dikira pencuri, petugas itu mengejar dan akan menangkapnya. Si pemuda berlari dan bersembunyi di sebuah kebun tertutup. Di tengah rasa takut yang mendera, ia melihat seorang perempuan yang sedang membawa lentera. Betapa terkejutnya ...
Layla dan Keindahan tak Berbatas
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Layla dan Keindahan tak Berbatas

Siapa tak kenal legenda Layla Majnun yang dipopulerkan oleh Nizami Ganjavi? Kisahnya selalu menginspirasi para penulis, penyair, bahkan kerap dipinjam para tokoh sufi sebagai perumpamaan untuk menghadirkan pesan yang sesungguhnya, tak terkecuali Maulana Jalaluddin Rumi. Dalam kitab Matsnawi Maknawi, setidaknya kisah Laila Majnun disebut tujuh kali secara terpisah.  Di tangan Rumi, penyajian kisah Layla Majnun ini agak berbeda. Ia memang tidak menghadirkan seluruh fragmen, tapi memotret dari berbagai sudut pandang. Rumi juga tidak membincang kisah ini dengan gaya elegi dan melankolis ala Romeo-Juliet. Tetapi, meramu cerita Layla-Majnun menjadi simbolisasi cinta yang memerdekakan, menguatkan, dan menyatukan.  Misalnya ketika Rumi menuturkan fragmen Majnun dalam kitab Mat...
Maryam dan Simbolisasi Perjalanan Rohani
Ghazaliyat, Matsnawi, Ngaji, Telaah

Maryam dan Simbolisasi Perjalanan Rohani

Beberapa waktu lalu, saya pernah mengikuti tour budaya dengan agenda mengunjungi gereja-gereja tua di Tehran. Setiap kali saya memasuki ruang utama gereja, perhatian saya selalu tersedot pada lukisan bunda Maria. Menariknya, visualisasi bunda Maria dari satu gereja ke gereja lainnya terlihat berbeda. Ada yang menggambarkan bunda Maria dengan kain penutup kepala yang menjuntai hingga menutupi seluruh tubuhnya. Ada juga yang melukiskan bunda Maria tampak bersahaja, berkerudung putih dengan menyisakan rambut di bagian depannya. Bahkan di gereja yang saya kunjungi juga, ada lukisan bunda Maria tanpa penutup kepala bergaya busana perempuan Eropa abad pertengahan.  Betapapun beragamnya visualisasi dan ekspresi lukisan bunda Maria, ada dua hal yang selalu saya jumpai. Pertama, h...
Menyoal Pola Pikir Kan’an
Buku, Buku Kontemporer, Matsnawi, Telaah

Menyoal Pola Pikir Kan’an

‏Alhamdulillah, Jumat ini saya masih diberikan kesempatan untuk bisa menerjemahkan salah satu penggalan puisi Rumi dalam buku Matsnawi jilid keempat. Puisi yang cukup panjang dan saya coba memilih diksi yang mudah sehingga teman-teman bisa langsung memahami. Saya hanya memberikan sedikit catatan saja dengan merujuk pada kitab Tafsir Matsnawi Karim Zamani yang saya baca. Tapi, teman-teman juga boleh mengabaikan catatan tersebut dan silahkan memahami dengan cara yang  berbeda. ———— Begini junjungan kita Nabi Muhammad pernah bersabda Aku ibarat bahtera penyelamat dalam samudra kehidupan  Begitu juga orang-orang yang memperoleh makrifatku Mereka dapat menjadi penyelamat sebagai wakilku Dalam lautan bergelombang, kami seperti perahu Nuh Wahai pemuda, janga...
Cinta, Nama Lain Tuhan
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Cinta, Nama Lain Tuhan

“Anda tahu kenapa malaikat diperintahkan sujud kepada Adam?”, tanya seorang pengajar dalam sebuah kelas Rumi. Hening. Semua memilih untuk merenungkan pertanyaan itu lebih dalam. “Karena pada diri Adam, ada manivestasi Tuhan”, akhirnya pertanyaan itu dijawabnya sendiri. Ya, tidak hanya pada Adam, Tuhan hadir dalam setiap ciptaannya dan Tuhan amat menyayangi seluruh makhluknya. *** Potongan dialog tersebuat mengawali kelas sorogan kitab Matsnawi yang saya ikuti sejak tahun 2018. Ada yang terasa berbeda pada pertemuan sore itu. Mungkin karena kami akan menamatkan kitab ketiga Matsnawi. Atau mungkin juga karena bait-bait di akhir kitab ketiga mengekspresikan begitu banyak ruang cinta. Sejatinya, hampir seluruh puisi Rumi memang menyimpan pundi-pundi cinta, namun terkadang di beb...
Tangis Kerinduan Sebatang Kurma untuk Rasul yang Mulia
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Tangis Kerinduan Sebatang Kurma untuk Rasul yang Mulia

Lukisan Farshician tentang Miraj Alksiah, di masjid Nabawi, ada sebuah tiang terbuat dari batang pohon kurma yang biasanya menjadi tempat bersandar Rasulullah SAW ketika berkhutbah. Karena jamaah umat Islam mulai ramai, seorang sahabat berinisiatif membuatkan Baginda Nabi mimbar agar jamaah dari berbagai sudut tetap dapat melihat dan mendengar Nabi berkhutbah. Suatu hari, Nabi mendengar tangis kesedihan dari arah tiang tersebut. Rupanya ia bersedih karena kerinduan kepada Sang Nabi yang tidak lagi bersandar kepadanya. Lalu Rasulullah SAW datang mendekat dan membisikkan sesuatu yang dapat meredakan kesedihannya.  *** Kisah ini disampaikan panjang lebar oleh Maulana Jalaluddin Rumi dalam kitab Matsnawi jilid pertama bait 2113-2124. Menurut Foruzanfar, penulis Ahadits Matsn...
Kisah Hilal, Budak Penjaga Ternak yang Dimuliakan Nabi
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Kisah Hilal, Budak Penjaga Ternak yang Dimuliakan Nabi

Hilal adalah salah seorang sahabat Nabi. Ia budak yang bekerja mengurus hewan ternak di rumah salah seorang saudagar. Suatu ketika Hilal jatuh sakit. Tak ada seorang pun yang mencari tahu kabarnya, bahkan sang majikan sekalipun. Hilal tetap bekerja dan tinggal di dekat kandang ternak meski ia sudah sembilan hari sakit. Sampai akhirnya, melalui perantara wahyu, Rasulullah SAW mengetahui kondisinya.  Beliau segera datang menjenguk Hilal. Begitu tahu Baginda Nabi mendatangi rumahnya, saudagar, tempat Hilal tinggal, terlihat suka cita menyambutnya. Namun, Rasulullah segera memetahkan harapan saudagar itu dengan mengatakan: “Aku datang ke sini bukan untuk bertemu denganmu, tapi untuk mengunjungi Hilal”. Sang Nabi segera menuju kandang ternak yang gelap, beliau bertemu dan mendekap ...
Ngaji Rumi: Dialog Seorang Perempuan dengan Kacang Polong
Matsnawi, Ngaji, Telaah

Ngaji Rumi: Dialog Seorang Perempuan dengan Kacang Polong

Alkisah seorang perempuan sedang memasak di depan tungku, lalu ia memasukkan kacang polong ke dalam kuali yang dipenuhi air mendidih. Tiba-tiba ada kacang polong yang terlihat meronta seolah tidak ingin masuk ke dalamnya. Ia protes kenapa perempuan itu membelinya dari pasar lalu membinasakannya. Terjadilah dialog panjang antara perempuan dan kacang polong.  Tidak mungkin menuliskan seluruh dialog yang jumlahnya puluhan bait, tapi inti jawaban dari perempuan tersebut, si kacang sebenarnya tidak hilang atau binasa. Ia justru sedang berubah bentuk dan ber-evolusi menjadi versi yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti kata Rumi yang menjelma tokoh perempuan “Hai ndok, saat menjadi makanan nanti, engkau akan berubah sebagai energi dan pikiran” Menurut Rumi dengan perubahan itu, wuj...