17MarNo Comments            
            Ngaji Rumi: Puasa dan Seni Mengendalikan Diri
                    
Suatu hari, serombongan orang asing datang ke masjid Nabi dan mereka ingin diterima sebagai tamu. Rasul SAW meminta kepada para sahabatnya untuk menjamu di rumah mereka masing-masing. Sahabat yang hadir memilih tamu untuk diajak pulang hingga tersisa seorang yang bertubuh tinggi besar. Kemudian Rasul mempersilahkannya ke rumah dan menjamunya. Perilaku tamu ini sangat mengejutkan penghuni rumah Rasul.
Pada saat dihidangkan makan malam, ia menyantap seluruh porsi makanan yang sedianya dihidangkan untuk belasan orang. Lalu dengan santai ia pergi ke kamar dan tertidur pulas, sementara seluruh penghuni rumah Nabi, termasuk para pelayan bermalam dengan perut kosong. Seorang pelayan yang tidak menyukai kerakusan tamu itu mengunci kamar dari luar. Tengah malam, tamu tadi bermaksud buang ha...                
                
            
            
                11FebNo Comments            
            Arti Sebuah Kehadiran
                    
Lukisan Farshician
Alkisah, sepasang kekasih sedang duduk berdampingan, sebut saja mereka Ashiq dan Ma’shuq. Alih-alih menikmati kebersamaan dan berbincang tentang indahnya perjumpaan, Ashiq malah mengeluarkan tumpukan surat yang ia tulis dengan penuh kerinduan saat berjauhan. Kemudian ia membacakannya di hadapan sang kekasih. Ashiq terus membaca tak menghiraukan suasana yang mulai jenuh hingga mengundang tanya bagi Ma’shuq “Kenapa kamu membacakan surat-surat itu, padahal sekarang aku ada di sampingmu. Ini kah makna cinta buatmu?”. Lalu Ashiq pun mencurahkan isi hatinya. “Ya, kamu memang sekarang ada di dekatku. Tapi, aku tidak merasakan kehadiran jiwamu. Aku tidak lagi merasakan keindahan. Aku tidak lagi dapat menyelam dalam beningnya bola matamu”.
Kisah tersebut diceritakan Maulan...                
                
            
            
                27JanNo Comments            
            Sudahkah Kita Menjadi Seorang Pecinta?
                    
Alkisah, ada pemuda yang amat mencintai seorang perempuan. Sayangnya, berbagai upaya yang ia lakukan untuk mendekatinya tak pernah berhasil. Jangankan bisa berjumpa langsung dengan sosok yang didambanya, surat-surat yang ia tulis saja tak pernah sampai dan utusan yang ia kirim pun selalu kembali dengan tangan kosong. Hari demi hari terus berlalu, waktu pun silih berganti, bertahun-tahun lamanya lelaki itu ditikam kerinduan yang mendalam. 
Sampai suatu malam saat sedang berjalan seorang diri, si pemuda bertemu dengan petugas patroli kerajaan. Karena dikira pencuri, petugas itu mengejar dan akan menangkapnya. Si pemuda berlari dan bersembunyi di sebuah kebun tertutup. Di tengah rasa takut yang mendera, ia melihat seorang perempuan yang sedang membawa lentera. Betapa terkejutnya ...                
                
            
            
                6Jan2 Comments            
            Layla dan Keindahan tak Berbatas
                    
Siapa tak kenal legenda Layla Majnun yang dipopulerkan oleh Nizami Ganjavi? Kisahnya selalu menginspirasi para penulis, penyair, bahkan kerap dipinjam para tokoh sufi sebagai perumpamaan untuk menghadirkan pesan yang sesungguhnya, tak terkecuali Maulana Jalaluddin Rumi. Dalam kitab Matsnawi Maknawi, setidaknya kisah Laila Majnun disebut tujuh kali secara terpisah. 
Di tangan Rumi, penyajian kisah Layla Majnun ini agak berbeda. Ia memang tidak menghadirkan seluruh fragmen, tapi memotret dari berbagai sudut pandang. Rumi juga tidak membincang kisah ini dengan gaya elegi dan melankolis ala Romeo-Juliet. Tetapi, meramu cerita Layla-Majnun menjadi simbolisasi cinta yang memerdekakan, menguatkan, dan menyatukan. 
Misalnya ketika Rumi menuturkan fragmen Majnun dalam kitab Mat...                
                
            
            
                17DesNo Comments            
            Haul Rumi, 17 Desember 2022
                    
Hari ini, 17 Desember diperingati sebagai Haul maulana Jalaluddin Rumi. Bagi saya, Rumi adalah sumber inspirasi yang tak pernah kering. Syair-syairnya melintasi ruang dan waktu. Tanpa menggurui, melalui syair-syairnya Rumi telah membimbing kita melihat dunia dengan sudut pandang yang lebih luas, sudut pandang penyatuan manusia dan alam semesta.
Konsep inilah yang memungkinkan setiap orang dengan beragam latar belakang berada di “Ruang Perjumpaan”. Ruang yang membawa manusia pada kesadaran bahwa setiap wujud di dunia ini mulia karena mendapat pantulan kebaikan Tuhan.
Silahkan baca lengkapnya tulisan saya di Opini Media Indonesia hari ini. Sekali lagi, selamat merenungi kembali puisi-puisi Rumi di hari wafatnya penyair sufistik legendaris ini.
Link tulisan ada di sini: https://...                
                
            
            
                16DesNo Comments            
            Menyoal Pola Pikir Kan’an
                    
Alhamdulillah, Jumat ini saya masih diberikan kesempatan untuk bisa menerjemahkan salah satu penggalan puisi Rumi dalam buku Matsnawi jilid keempat. Puisi yang cukup panjang dan saya coba memilih diksi yang mudah sehingga teman-teman bisa langsung memahami. Saya hanya memberikan sedikit catatan saja dengan merujuk pada kitab Tafsir Matsnawi Karim Zamani yang saya baca. Tapi, teman-teman juga boleh mengabaikan catatan tersebut dan silahkan memahami dengan cara yang 
berbeda.
————
Begini junjungan kita Nabi Muhammad pernah bersabda
Aku ibarat bahtera penyelamat dalam samudra kehidupan 
Begitu juga orang-orang yang memperoleh makrifatku
Mereka dapat menjadi penyelamat sebagai wakilku
Dalam lautan bergelombang, kami seperti perahu Nuh
Wahai pemuda, janga...                
                
            
            
                9DesNo Comments            
            Resensi Buku Ngaji Rumi
                    
Sumber gambar: Iqra.id
Pertama sejak baca-baca status Mba Afifah Ahmad yang seminggu sekali muncul status ngaji Rumi. Jujur saya jadi tertarik untuk mempelajari pemikiran Jaladuddin Rumi. 
Hal ini bersamaan juga dengan adanya bacaan saya soal subjek menurut AlGhazali. Entah kenapa Rumi rasanya cukup banyak memberikan pengaruh dalam pencarian dan penelusuran saya soal subject menurut AlGhazali. 
Ketika aku beli dua buku Rumi yang berjudul Mastnawi dan Fii hii ma Fiihi, aku merasa berat sekali untuk mencerna dua buku babon Jalaluddin Rumi, sampai akhirnya aku menemukan buku Ngaji Rumi yang ditulis Mba Afifah ini. Saya sangat berterimakasih yang sebeasar-besarnya pada mba Afifah yang sudah menuliskan buku ini kayak catatan-catatan, namun penuh dengan pengetahuan spiritual ...                
                
            


